Pukul 21.15
Aku sedang menangis sambil mengetik ini. Perlakuan anak-anak
ini semakin tidak manusiawi terhadapku.
Padahal aku tidak digaji untuk menjadi babu atau pengasuh
kedua anak ini. Harga diriku seperti terinjak-injak. Hatiku sakit. Tapi aku tidak
punya daya untuk melawan atau membantah. Toh, Ibu mereka yang menggajiku tidak
berkata apa-apa dengan perlakuan anak-anak itu, dia anteng-anteng saja.
Dengan mantab aku akan bilang bahwa aku benci keadaanku
sekarang ini, lemah, tak berdaya dan tidak bisa melawan atau membantah. Cuma bisa
diam, dan itu sungguh sangat menguras emosi.
Oke, hidup memang tidak ada yang serba nyaman. Tapi bagiku,
perlakuan mereka sungguh sangat tidak beretika. Anak-anak itu memperlakukanku
sebagai pembantu. Tidak sabaran dan seenaknya.
Sudah 3 bulan lebih aku berada dalam keadaan ini, sebagian
orang yang tidak merasakan berada dalam posisiku pasti menganggap bahwwa
hidupku sudah nyaman.
Nyaman gundulmu itu, kalau kataku. Hidup di sini tidak ada
nyaman-nyamannya. Makan hati setiap hari. Harus menekan perasaan setiap hari.
Tertekan dan tidak bisa bergerak.
Aku merasa hidupku di sini sunguh sia-sia. Cuma jadi semacam
robot penurut.
Semoga Allah mau memberiku kesabaran yang besar, karena aku tidak
henti-hentinya meminta yang satu itu.
.
.