Tentang Ibu Kandungku
Kata orang, rambutku yang bergelombang ini mirip ibu. Walopun dia ibu kandungku, jujur aku gak mengenalnya. Di umurku yang terbilang masih sangat kecil -6 bulan- ibuku menghadap sang pencipta akibat sakit paru2. Tapi aku merasa dekat dengan beliau. Mungkin ini ya yang disebut pertalian bathin antara anak dan ibu. hehehehe.
Kata orang -lagi?- ibuku orang yang baik, lemah lembut dan murah senyum.
Aku hanya mengetahui wajah ibuku dari foto milik kakak laki2ku -yang mungkin gak pantes disebut kakak- waktu aku masuk duduk di bangku SMP. Sekarang aku gak tau dimana keberadaan foto ibu itu. Jadi aku hanya ingat samar2 wajah ibu. Dia wanita yang cantik, menurutku. Sebenernya aku sedih banget, hanya bisa merasakan sedikit kasih sayang beliau. Tapi aku tetep bersyukur, dengan kasih sayang yang minim itu membuatku tumbuh menjadi gadis "normal" (?), pantang menyerah dan tahan banting, walopun toh kadang2 GeJe gak ketulungan.
***
Tentang Ibu Tiriku yang Sudah Menjadi Ibu Bagi Dunia Kecilku
Beliau adalah sosok ibu yang mengisi hari2ku. Dia ibu yang keren, samasekali gak pernah memarahiku. Aku sangat menghormati beliau. Beliau wanita yang gigih dan pantang menyerah dengan keadaan. Pernah suatu ketika laut sedang sangat sepi dan bapak tidak pernah melaut dalam kurun waktu yang lama -sekitar 3 bulanan mungkin- akhirnya demi menutupi kebutuhan hidup, ibu bekerja sebagai buruh krupuk, membungkus krupuk di pabrik krupuk. Uang hasil bekerja ibu itulah yang membuat dapur tetep bisa mengepul. T.T how cool....
Walopun toh aku gak begitu tau gimana pribadi ibu -karena aku tinggal dengan mbah- tapi aku sangat yakin ibu orang yang baik.
Hari itu hari Jum'at tanggal 4 Juni 2010. Aku dikejutkan kabar meninggalnya ibu. Aku sampe shok dan depresi. Apalagi adikku, dia sampai menangis terus, gak berhenti2. Kasian, dia yang paling deket sama ibu. Bapak hanya melamun, aku tau beliau sangat bingung. Beliau bilang, "angel nduk nggolek wong wedok koyok ibukmu jaman sak iki!" -susah nak cari wanita seperti ibuku jaman sekarang ini!"
Kami sangat kehilangan ibu, tapi kami harus bangkit. Tidak boleh berlama-lama dalam kesedihan. Life must go on.... Lagian ibu gak seneng kalo tau kami terus2an sedih dan murung.
***
Tentang Ibu Tonis -yang Seharusnya Segera Jadi Ibuku-
Sudah jadi rahasia umum kalo beliau memang orang yang baik dan dermawan. Kata Tonis, beliau sayang denganku. Tapi tanpa dikasih taupun aku sudah tau, kalo beliau memang sayang denganku. Bagaimana tidak, beliau sangat perhatian denganku. Aku juga sayang dengan beliau. Beliau sudah kuanggap seperti ibuku sendiri.
Pagi itu -kemarin- Minggu, tanggal 4 Juli 2010, ketika aku sedang bersih2 warnet seperti kebiasaanku setiap Minggu pagi, Tonis nelpon aku, suaranya ditahan, terdengar sedikit serak. Dia bilang, "Ta, ibu gak ada." deg... aku langsung lemes.... Ya Allah... Aku menggumamkan kata itu berulang-ulang. Meminta diberi kesabaran untuk diriku sendiri, lebih2 bagi Tonis dan keluarganya.
Aku tau Tonis sangat terpukul dengan kematian ibunya. Dia adalah orang yang paling dekat dengan ibunya. Saat ibunya sakit dia yang mengurusinya, menyuapi, mengelap, membuatkan teh, mengantarkan ke kamar mandi, bahkan menyisiri rambut ibunya. -I know you're very sad honey, but I'm sure that you can be strong and can rise soon-
***
Rencana Allah SWT memang gak ada yang bisa menduga. Gak ada jaminan sedetik kedepan kita masih hidup. Aku berdoa semoga allah mengampuni segala dosa wanita2 tangguhku dan ngasih tempat yang terbaik bagi mereka di sisi-Nya. Amin Ya Robb.
